Berkat LA Lights Indie Movie 2013

November 04, 2015 2 Comments A+ a-

Kita ga pernah tau, pada titik atau momen apa yang akhirnya nyadarin kita sama Passion. Gue pun ga pernah nyangka dari sebuah poster lomba film jaman SMK dulu, bikin gue semaniak itu sama Film Making.

Udah ga kehitung lagi berapa weekend yang gue sisihkan buat kegiatan film. Yang ga selalu di Depok, gue bahkan rela naik Commuter Line jaman karcis kertas dulu dari Pocin ke Tebet, terus lanjut naik Metro Mini. Pulang-pergi, setiap hari minggu. Sendirian? Engga sih, untungnya punya partner in crime yang maniaknya samaan, teh Nca.

Niat banget emang. Entah ini disebut passion atau perasaan ingin tahu yang berlebihan. Tapi karena ini juga, ketika satu jurusan gue ngadain kunjungan ke event LA Light Indie Movie di TIM tahun 2013 lalu, ga pake ragu buat bilang "GUE IKUUUT!"




LA Lights Indie Movie (atau disingkat LAIM) adalah festival film making tahunan yang rutin diadain di beberapa kota besar di Indonesia. Tahun 2013 lalu, tour festival mereka dimulai di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Poster Event LA Light Indie Movie


Ga kebayang sebelumnya event itu bakal kayak apa karena ini pengalaman pertama gue. But, I got so excited!


Welcome to The Festival!

Sesampainya di lokasi, kita bakal disambut gerbang utama yang siap bawa kita mengulik lebih jauh tentang pembuatan film. Jangan lupa register kehadiran dulu, supaya dibolehin masuk dan dapet paperbag penuh marchandise event ini hehe.

Say 'Hi' to Main Gate! hahaha
(source: nyunyu.com)


Sesuai keterangan posternya, LAIM ini terdiri dari serangkaian acara berupa Festival, Workshop, Screening, dan Casting. Ga cuma itu, ada juga Talk Show with The Expert yang bakal diisi sama para dalang di balik film-film tanah air. Dari Filmmaker kayak Garin Nugroho sampai para pelakonnya seperti Reza Rahardian, dan masih banyak lagi.

Bincang-bincang sama para ahlinya

Tepat setelah masuk area kita langsung disuguhin booth-booth festival yang berhubungan dengan film making. Seperti tahapan bikin film pada umumnya, booth-booth ini pun terbagi jadi 3 zona: (1) Pre-Production, (2) Production, dan (3) Post-Production.


Time to Explore!
Kalo ditanya bagian mana dari acara ini yang paling kusuka, jawabannya pas jelajahin satu per satu booth di arena festival. Karena di arena ini juga kita bakal ditunjukin divisi apa aja yang bertanggungjawab di masing-masing tahapan film making.

Misalnya di Zona Pre-Production terdiri dari booth Zona Idea, Wardrope, sampai Art Director. Kalo mau lihat langsung gimana tahapan eksekusi film di Zona Production, bisa mampir di booth Director, DOP (Director of Photography), dan Acting. Buat Post-Production bakal ada booth khusus Video Editing dan Video Effect yang letaknya tepat di sisi kiri setelah pintu masuk utama. Udah rada kebayang serunya kan?

Booth Wardrope sama art director nih~

Menariknya lagi, di masing-masing booth ini bakal menanti challenge yang siap dicoba siapapun. Ga cuma buat orang yang interest sama satu posisi aja. Lo bahkan boleh ikut semua challenge yang ada kalo mau. Bener-bener wadah yang tepat banget buat belajar film making dari titik terawal. Karena kita bukan dapet teori, tapi situasi dan kondisi di mana kita bisa ngerasain langsung di profesi itu.

Misalnya di booth Director, udah tersedia dua aktor yang siap di-direct kalo kita mutusin buat terima challenge ini. Kita bakal ditantang ngembangin naskah yang udah ada, dan mengeksekusinya ke para pemain. Seru dong, nyuruh-nyuruh orang? wkwk

Para Aktor

Buat yang punya ide cerita apapun dan berharap divisualisasiin suatu hari nanti, bisa coba peruntungan di booth ini. Akan ada satu kotak besar transparan yang siap menampung semua ide-ide mereka yang bermimpi menjadi Script Writer.

Idea Drop Box

Anak ilang nih lagi maenin properti Art wkk

Terakhir, di zona post-production udah menanti para video editing dan effect enthusiast

Berhubung ga ada dokumentasinya, pake foto Kokom aja wkk

Take A Challenge?
Bisa bilang, di balik ke-freak-an gue sama film making selama ini berdasar dari rasa penasaran gue di bidang penyutradaraan. Gue pernah ngerasin gagal sebagai sutradara sekaligus kepala dari tim gue sendiri, jaman sekolah dulu. Jadi sedikit bisa kebayang kayak apa tekad gue pengen jadi sutradara buat nebus rasa bersalah itu.

Tapi bukannya nyoba challenge di booth Director, aku malah melipir ke zona Pre-Production. Ga ada alasan khusus awalnya, selain banyaknya properti di sana yang menarik perhatian. Hehehe

Sekedar info, Art Director atau Penata Artistik adalah salah satu divisi dalam produksi film yang bertugas atas seluruh proses penyediaan material artistik, sejak persiapan sampai tahap produksi.

Ani duluan nih, pas sebelum giliranku

Terus misi di challenge ini apa? Simple, cuma diminta menata ruangan seselera kita dengan properti yang udah disediain. Ga ada term khusus, kecuali tenggat waktu 15 menit. Seru banget dong?


Gilirannya Tyas nih~

Lewat 15 menit─sama kayak divisi lainnya, kita bakal dievaluasi sama seorang juri.

Hasil dekorasi challenger lainnya

Menjelang Usai
Setelah kurang lebih ikutan 2 dari sekian workshop yang ada, ga berasa hari udah gelap. Booth-booth festival menutup challenge mereka sedari sore. Meski sampai detik itu gue gagal (atau lebih tepatnya ga cukup berani) nyoba challenge Director, tapi gue puas ikutan 2 challenge lainnya; Idea Drop Box dan Art Director.

Tanpa pernah sadar adanya harapan dari penilaian positif selama challenge Art Director tadi, gue hampir aja pulang tanpa tau satu fakta sebenernya.

Ga lama setelah diskusi panjang mau pulang naik apa sama beberapa temen, tiba-tiba nama lengkap gue dipanggil dari booth Corner Registration.

Hah? Apaan?

Gue kira, gue salah denger.

Ternyata itu emang nama gue. Gue masuk jadi salah satu dari 50 finalis Meet The Producer Jakarta, untuk divisi Art Director. Dan hal ini pun dikonfirmasi lagi dengan diterimanya sms ini:

Historic text of my life

Jadi, ini adalah satu hal yang sejujurnya baru gue tau setelah acara ini berakhir. Buat semua peserta yang mencoba challenge di booth-booth tadi, ga cuma dievaluasi sama juri di masing-masing booth aja. Tapi mereka secara ga langsung juga diseleksi. Dan 50 peserta terpilih berkesempatan untuk Meet The Producer.

Meet The Producer ini semacam final selection. Yang mana dari 50 peserta terbaik bakal terpilih cuma 10 peserta (1 per masing-masing divisi). Nantinya mereka bakal mengikuti pelatihan eksklusif sebelum akhirnya terjun langsung produksi film yang disponsori langsung oleh LAIM. Hah, gilaaaa kan!?


Passion Baru
Setelah pengumuman itu, gue jadi keinget film indie garapan Ringgo Agus Rahman yang judulnya Mengejar Untung. Yang pernah aku tonton bareng anak sekelas, jauh sebelum gue dateng ke LAIM ini. Sebenernya, film itu juga hasil pelatihan LAIM Batch pertama. 

Jujur, aku ga kebayang sama sekali bakal dapet kesempatan kayak gini. Jangankan kepikiran jadi salah satu yang ikut pelatihan dan bikin film indie sama orang profesional, kepilih Meet The Producer aja engga.

Tapi berkat ini, gue sadar LAIM udah mempertemukan gue sama Passion baru gue: Nge-direct properti :')

Terima kasih LA Lights Indie Movie :'D /plak




------------------------
Ps: Gue berniat bikin cerita tentang pengalaman pas Meet The Producer di postingan berbeda. Tapi yaaaa...baru niatan aja sih, gatau terealisasi atau engga hehehe.

See ya!
-Achi



(Beberapa dokumentasi yang tercantum di sini, diambil oleh Tyas)

As a basically introvert, I probably take a time for admitting the whole of myself. So through here, I reminder 'The Future Me' that I've been through a lot of things. And I shall proud of it.

2 komentar

Write komentar
Teh Nca
AUTHOR
16 November 2015 pukul 14.38 delete

FOUNDEERR NHAAOOON ( ;-___-)

Reply
avatar
Achi
AUTHOR
11 Januari 2016 pukul 02.26 delete

udeeh, iyain gue aja napa :"D

Reply
avatar