Berkat LA Lights Indie Movie 2013
Kita ga
pernah tau, pada titik atau momen apa yang akhirnya nyadarin kita sama Passion.
Gue pun ga pernah nyangka dari sebuah poster lomba film jaman SMK dulu, bikin
gue semaniak itu sama Film Making.
Udah ga
kehitung lagi berapa weekend yang gue sisihkan buat kegiatan film. Yang ga selalu di Depok, gue bahkan rela naik
Commuter Line jaman karcis kertas dulu dari Pocin ke Tebet, terus lanjut naik
Metro Mini. Pulang-pergi, setiap hari minggu. Sendirian? Engga sih, untungnya
punya partner in crime yang maniaknya samaan, teh Nca.
Niat
banget emang. Entah ini disebut passion atau perasaan ingin tahu yang
berlebihan. Tapi karena ini juga, ketika satu jurusan gue ngadain kunjungan ke event
LA Light Indie Movie di TIM tahun 2013 lalu, ga pake ragu buat bilang
"GUE IKUUUT!"
LA Lights
Indie Movie (atau disingkat LAIM) adalah festival film making tahunan yang
rutin diadain di beberapa kota besar di Indonesia. Tahun 2013 lalu, tour
festival mereka dimulai di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Poster Event LA Light Indie Movie |
Ga
kebayang sebelumnya event itu bakal kayak apa karena ini pengalaman pertama gue. But, I got so excited!
Welcome to The Festival!
Sesampainya
di lokasi, kita bakal disambut gerbang utama yang siap bawa kita mengulik lebih
jauh tentang pembuatan film. Jangan lupa register kehadiran dulu, supaya
dibolehin masuk dan dapet paperbag penuh marchandise event ini hehe.
Say 'Hi' to Main Gate! hahaha
(source: nyunyu.com)
|
Sesuai keterangan
posternya, LAIM ini terdiri dari serangkaian acara berupa Festival, Workshop,
Screening, dan Casting. Ga cuma itu, ada juga Talk Show with The Expert yang
bakal diisi sama para dalang di balik film-film tanah air. Dari Filmmaker kayak Garin Nugroho sampai para pelakonnya seperti Reza Rahardian, dan masih banyak
lagi.
Bincang-bincang sama para ahlinya |
Tepat setelah masuk
area kita langsung disuguhin booth-booth festival yang berhubungan dengan film
making. Seperti tahapan bikin film pada umumnya, booth-booth ini pun terbagi
jadi 3 zona: (1) Pre-Production, (2) Production, dan (3) Post-Production.
Time to Explore!
Kalo ditanya bagian
mana dari acara ini yang paling kusuka, jawabannya pas jelajahin satu per satu
booth di arena festival. Karena di arena ini juga kita bakal ditunjukin
divisi apa aja yang bertanggungjawab di masing-masing tahapan film making.
Misalnya di Zona
Pre-Production terdiri dari booth Zona Idea, Wardrope, sampai Art Director.
Kalo mau lihat langsung gimana tahapan eksekusi film di Zona Production, bisa
mampir di booth Director, DOP (Director of Photography), dan Acting. Buat
Post-Production bakal ada booth khusus Video Editing dan Video Effect yang
letaknya tepat di sisi kiri setelah pintu masuk utama. Udah rada kebayang
serunya kan?
Booth Wardrope sama art director nih~ |
Menariknya lagi, di
masing-masing booth ini bakal menanti challenge yang siap dicoba siapapun. Ga
cuma buat orang yang interest sama satu posisi aja. Lo bahkan boleh ikut
semua challenge yang ada kalo mau. Bener-bener wadah yang tepat banget buat
belajar film making dari titik terawal. Karena kita bukan dapet teori, tapi
situasi dan kondisi di mana kita bisa ngerasain langsung di profesi itu.
Misalnya di booth
Director, udah tersedia dua aktor yang siap di-direct kalo kita mutusin buat
terima challenge ini. Kita bakal ditantang ngembangin naskah yang udah ada, dan
mengeksekusinya ke para pemain. Seru dong, nyuruh-nyuruh orang? wkwk
Para Aktor |
Buat yang punya ide cerita apapun dan berharap divisualisasiin suatu hari nanti, bisa coba peruntungan di booth ini. Akan ada satu kotak besar transparan yang siap menampung semua ide-ide mereka yang bermimpi menjadi Script Writer.
Idea Drop Box |
Anak ilang nih lagi maenin properti Art wkk |
Terakhir, di zona post-production udah menanti para video editing dan effect enthusiast.
Berhubung ga ada dokumentasinya, pake foto Kokom aja wkk |
Take A Challenge?
Bisa bilang, di
balik ke-freak-an gue sama film making selama ini berdasar dari rasa penasaran gue di bidang penyutradaraan. Gue pernah ngerasin gagal sebagai sutradara sekaligus
kepala dari tim gue sendiri, jaman sekolah dulu. Jadi sedikit bisa kebayang kayak
apa tekad gue pengen jadi sutradara buat nebus rasa bersalah itu.
Tapi bukannya nyoba
challenge di booth Director, aku malah melipir ke zona Pre-Production. Ga ada
alasan khusus awalnya, selain banyaknya properti di sana yang menarik
perhatian. Hehehe
Sekedar info, Art
Director atau Penata Artistik adalah salah satu divisi dalam produksi film yang
bertugas atas seluruh proses penyediaan material artistik, sejak persiapan
sampai tahap produksi.
Ani duluan nih, pas sebelum giliranku |
Terus misi di
challenge ini apa? Simple, cuma diminta menata ruangan seselera kita dengan
properti yang udah disediain. Ga ada term khusus, kecuali tenggat waktu 15
menit. Seru banget dong?
Gilirannya Tyas nih~ |
Lewat 15 menit─sama kayak divisi lainnya, kita bakal dievaluasi sama seorang juri.
Hasil dekorasi challenger lainnya |
Menjelang Usai
Setelah kurang lebih
ikutan 2 dari sekian workshop yang ada, ga berasa hari udah gelap. Booth-booth
festival menutup challenge mereka sedari sore. Meski sampai detik itu gue gagal
(atau lebih tepatnya ga cukup berani) nyoba challenge Director, tapi gue puas
ikutan 2 challenge lainnya; Idea Drop Box dan Art Director.
Tanpa pernah sadar
adanya harapan dari penilaian positif selama challenge Art Director tadi, gue hampir aja pulang tanpa tau satu fakta sebenernya.
Ga lama setelah diskusi
panjang mau pulang naik apa sama beberapa temen, tiba-tiba nama lengkap gue dipanggil dari booth Corner Registration.
Hah? Apaan?
Gue kira, gue salah denger.
Ternyata itu emang nama gue. Gue masuk jadi salah satu dari 50
finalis Meet The Producer Jakarta, untuk divisi Art Director. Dan hal ini pun
dikonfirmasi lagi dengan diterimanya sms ini:
Jadi, ini adalah
satu hal yang sejujurnya baru gue tau setelah acara ini berakhir. Buat semua
peserta yang mencoba challenge di booth-booth tadi, ga cuma dievaluasi sama
juri di masing-masing booth aja. Tapi mereka secara ga langsung juga diseleksi. Dan
50 peserta terpilih berkesempatan untuk Meet The Producer.
Meet The Producer
ini semacam final selection. Yang mana dari 50 peserta terbaik bakal terpilih
cuma 10 peserta (1 per masing-masing divisi). Nantinya mereka bakal
mengikuti pelatihan eksklusif sebelum akhirnya terjun langsung produksi film
yang disponsori langsung oleh LAIM. Hah, gilaaaa kan!?
Passion Baru
Setelah pengumuman
itu, gue jadi keinget film indie garapan Ringgo Agus Rahman yang judulnya
Mengejar Untung. Yang pernah aku tonton bareng anak sekelas, jauh sebelum gue dateng ke LAIM ini. Sebenernya, film itu juga hasil pelatihan LAIM Batch pertama.
Jujur, aku ga
kebayang sama sekali bakal dapet kesempatan kayak gini. Jangankan kepikiran
jadi salah satu yang ikut pelatihan dan bikin film indie sama orang
profesional, kepilih Meet The Producer aja engga.
Tapi berkat ini, gue sadar LAIM udah mempertemukan gue sama Passion baru gue: Nge-direct properti :')
Terima kasih LA
Lights Indie Movie :'D /plak
------------------------
Ps: Gue berniat bikin cerita
tentang pengalaman pas Meet The Producer di postingan berbeda. Tapi yaaaa...baru niatan aja sih, gatau terealisasi atau engga hehehe.
See ya!
-Achi
(Beberapa dokumentasi yang tercantum di sini, diambil oleh Tyas)
2 komentar
Write komentarFOUNDEERR NHAAOOON ( ;-___-)
Replyudeeh, iyain gue aja napa :"D
Reply